Jumat, 18 September 2015

ber-GADGET-ria dengan CERDAS



Ber-GADGET-ria dengan CERDAS

 Pantas Simanjuntak
Sie Pendidikan, Gereja Paroki Santa Maria Ratu Rosari – Tj.Selamat
 


Media Komunikasi Dahulu dan Sekarang
            Alkisah pada zaman dahulu kala, sekitar ribuan tahun yang lalu sebelum masehi, tepatnya pada zaman Romawi kuno, seorang prajurit Yunani bernama Pheidippides diutus dari kota Marathon, Yunani ke Athena untuk mengumumkan suatu berita maha penting; bahwa bangsa Persia telah dikalahkan pada Pertempuran Marathon. Jangan membayangkan bahwa si kurir bertugas dengan menggunakan kendaraan seperti sekarang ini, melainkan hanya dengan berlari. Yah, berlari. Dikisahkan bahwa si prajurit berlari tanpa berhenti menempuh jarak ratusan kilometer antara Marathon-Athena demi titah sang penguasa pada saat itu. Informasi penting akhirnya sampai juga di tujuan; namun sesampainya di tujuan, si pembawa berita meninggal dunia karena kelelahan. Dari sanalah lalu Marathon diabadikan sebagai nama salah satu cabang atletik yang diperlombakan sebagaimana yang kita kenal sekarang; lari marathon .
            Itu kisah ribuan tahun yang lalu. Masih ada kisah lain yang ada kaitannya dengan penyampaian informasi atau berita. Yang ini bukan ribuan tahun lalu, tapi hanya sekitar puluhan tahun yang lalu, sebelum adanya handphone, yaitu ketika seorang mahasiswa kuliah di Medan, jauh dari orang tua, ketika itu setiap bulannya wajib mengirim kabar tentang perkembangan perkuliahan kepada orang tua dan sekaligus permintaan untuk dikirim biaya bulanan. Nah, yang disebut terakhir ini yang selalu menjadi masalah akibat lambatnya penyampaian informasi. Bayangkan saja bahwa untuk mengabari orang tua di kampung si mahasiswa harus mengirim surat dengan perangko biasa dengan waktu tempuh seminggu paling cepat. Kemudian balasan berupa wesel serta untuk meng-uang-kannya di kantor pos menempuh perjalanan juga sekitar 1 minggu. Maka total penantian untuk urusan kelangsungan hidup di pearntauan ini memakan waktu setengah bulan. Sudah keburu jadi ‘buronan’ ibu kost dan warung tempat bayar makan karena telat bayar.
            Bagi generasi muda saat ini tentu sangat sulit membayangkan kedua kenyataan tersebut di atas. (Berlari ratusan kilometer untuk menyampaikan informasi atau ngirim surat pakai perangko biasa) Mereka akan terhenyak dan berkata: Woouuu..ya…??!! koq bisssa ya…?? Kenapa nggak di SMS atau di e-mail aja? Apa nggak punya Blackberry Massengers?? Gitu aja koq repot amat?? Artinya sulit bagi mereka untuk memahami; karena mereka membandingkannya dengan kondisi yang mereka alami masa kini yang serba gampang, praktis, serba cepat, serba instan. Informasi seperti itu, dengan jarak ribuan kilometerpun dapat disampaikan hanya dalam hitungan menit dan hanya dengan menekankan ujung jari telunjuk pada tombol gadget.

Gadget Nan Canggih
            Untuk berkomunikasi langsung kini dilakukan tidak hanya di dunia nyata lagi, akan tetapi juga di dunia maya. Dan yang paling dominan adalah yang disebut terakhir. Teknologi canggih sudah memfasilitasi semuanya nyaris tanpa batas dan hambatan. Gadget dengan berbagai varian merek tersedia dimana-mana. Iklan handphone bertubi-tubi tiada henti menawarkan berbagai tipe baru dengan berbagai macam fitur muncul setiap hari di media massa. Hiruk-pikuk penawaran berbagai jenis dan merek instrumen ini tentunya dilatarbelakangi oleh suatu riset marketing yang memotret sifat konsumerisme kita. Gengsi sering diukur dengan merek dan secanggih apa gadget yang dimiliki.
            Akses internet menampilkan beragam informasi, mulai dari yang biasa-biasa sampai dengan yang rruaarrr biasa. Pokoknya bak kata seorang teman, begitu anda mulai searching di dunia maya, maka: “tak ada yang tidak ada…”  Melabihi toko serba ada! Sebenarnya kita pantas bersyukur dan berterimakasih kepada Alexander Graham Bell (1847-1922) penemu dan pencipta alat komunikasi bernama Telepon Kabel yang kemudian dikembangkan oleh orang-orang pintar (tapi bukan dukun maksudnya lho); dengan berinovasi tiada henti dan melahirkan media komunikasi dengan teknologi canggih seperti adanya saat ini. Karena dengan itu semua kita mendapatkan kemudahan-kemudahan bukan hanya dalam hal bekomunikasi semata, akan tetapi juga membantu kita belajar, berprestasi, memperluas wawasan, memperluas jaringan pertemanan, dan mempermudah “pencapaian tujuan”.
            Namun sebagaimana halnya dengan kecanggihan atau kemodernan dengan segala kelebihannya yang membawa kebaikan bagi penggunanya, selalu ada implikasi negatip (atau hal yang merugikan) menungganginya. Ekses negatif!. Kira-kira begitu ya? Sebagaimana banyaknya manfaat bagus dari kehadiran gadget sebagai alat komunikasi, sebanyak itu pula celah (penyalahgunaannya) menghasilkan keresahan. Bandar narkoba dari balik jeruji besi dengan gampang mengendalikan transaksi. Demikian juga para … (maaf, tak usah kita sebut profesinya di sini) melakukan e-transaction antar lawan jenis dengan gampang dan lancar. Para pelajar dan mahasiswa (tapi sebagian kecil saja lho) memotret buku/catatan kuliah dengan HP untuk dijadikan kopekan saat ujian, dan lain-lain dan lain-lain.
            Sudah cukup banyak peristiwa memilukan, mengenaskan dan mengharukan yang terjadi akhir-akhir ini yang berkaitan langsung dengan penggunaan alat komunikasi canggih ini, yang pada akhirnya menimbulkan kecemasan bagi para orang tua terhadap anak-anaknya. Akan tetapi ekses negatif dimaksud sebenarnya bukanlah disebabkan oleh instrumen itu sendiri, melainkan disebabkan penyalahgunaan oleh penggunanya. Sebagaimana dengan narkoba misalnya, selalu kita sebut dengan penyalahgunaan narkoba. Bukan kesalahan narkoba! Gadget and drugs never do wrong!

Sikap Kita sebagai Orangtua
            Saat berjalan di suatu koridor bangunan, di mal, atau bahkan mungkin di sisi jalan raya, pernahkah Bapak dan Ibu disenggol atau ditabrak oleh seorang remaja yang lagi asyik memelototi layar handphone? Saya sering lho, di kampus. Jika bapak dan Ibu memperhatikan kebiasaan remaja masa kini yang nyaris tidak pernah terlepas dari handphone dan internet. Bahkan, mereka bilang I can’t survive withaout it. Wow…kita tidak mampu menutupi kegundahgulanaan serta kehawatiran hati kita. Betapa tidak! Melalui alat itu akses mereka terbuka keseluruh laman yang tidak terbatas, yang berisikan hal-hal baik namun juga yang buruk, yang menabrak dan menyenggol batas-batas yang dapat ditolelir menyangkut persoalan etika, budaya, moral, dan sebagainya (tak ada yang tidak ada), menembus ruang dan waktu. “It can convey information about matters far remove in space or time”

Kriminal dan Tragedi
            Data statistik  mengungkap bahwa ada sebanyak 60 juta pengguna media sosial di Indonesia yang rentan untuk dimanfaatkan sebagai ladang penipuan atau tindakan kriminal lainnya. Seorang wanita korban penipuan lewat We – Chat tak berbayar baru-baru ini diwawancarai dalam suatu acara talk show mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Penipu parlente bermobil mewah menjalankan proses penipuan dengan mulus (white collar crime). Dan korbannya umumnya wanita. Pakar Psikology Forensik (Reza Indragiri) mengungkapkan hasil suatu riset bahwa wanita memiliki suggestibility yang tinggi. Yang berarti bahwa wanita sangat rentan menerima suggesti. Maka sasaran penipuan lewat We-Chat dan sejenisnya lebih sering adalah kaum wanita. Waspadalah…!!! Waspadalah….!!!
            Peristiwa tragis lainnya menimpa seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang sangat pintar secara akademik (dengan index prestasi 4), meninggal diduga dengan cara bunuh diri di dalam kamar kostnya di daerah padang bulan baru-baru ini (18 Mei 2015). Yang mengusik perhatian kita setelah membaca berita tragis tersebut di media massa adalah bahwa sebalum melakukan aksi nekatnya, si korban diduga  mempelajari cara gantung diri serta teknik menggunakan tali pengikat leher dari internet. Hal ini terbaca setelah polisi membuka ponsel canggih si korban. Sebuah tragedi…?
Lalu bagaimana kita menyikapi berbagai fenomena di atas?
            Banyak tips-tips yang sudah disampaikan para pakar, juga psikolog. Antara lain melalui monitoring, pendampingan, nasihat-nasihat, dan lain sebagainya. Termasuk kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Seksi Pendidikan Gereja Paroki Santa Maria Ratu Rosari, Tanjung Selamat, Medan pada 17 Mei 2015 yang lalu, bertajuk: “BERPRESTASI DENGAN GADGET” adalah salah satu upaya mencerdaskan kaum muda gereja dalam menyikapi kecanggihan media komunikasi ini. Namun selalu ada celah, ada kesempatan yang tidak terawasi. Hal itu disebabkan yang telah disebut tadi: sedemikian luas, canggih, dan terbukanya ruang yang tersedia, maka kita seperti tidak berdaya.
            Satu saja TIP dari penulis; bahwa bagaimanapun hebatnya, Gadget adalah sebuah benda. Alat. Instrumen semata. Kita bisa menyebutnya sebagai alat yang PINTAR (smart phone misalnya), tapi yang jelas alat itu tidak memiliki KECERDASAN. Kecerdasan hanya dimiliki manusia sebagai ciptaan tertinggi dan termulia dari Tuhan (Kejadian 1: 27) Maka, marilah kita cerdas menggunakannya.
            If You can’t be a master, You will be mastered (as a slave!) Jika kamu tidak mampu - dengan cerdas - mengendalikannya, maka kamu akan menjadi budaknya!!
(Psj-015)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar