
Ber-GADGET-ria dengan CERDAS
Pantas Simanjuntak
Sie Pendidikan, Gereja Paroki
Santa Maria Ratu Rosari – Tj.Selamat

Media
Komunikasi Dahulu dan Sekarang
Alkisah
pada zaman dahulu kala, sekitar ribuan tahun yang lalu sebelum masehi, tepatnya
pada zaman Romawi kuno, seorang prajurit Yunani bernama Pheidippides diutus
dari kota Marathon, Yunani ke Athena
untuk mengumumkan suatu berita maha penting; bahwa bangsa Persia
telah dikalahkan pada Pertempuran Marathon. Jangan
membayangkan bahwa si kurir bertugas dengan menggunakan kendaraan seperti
sekarang ini, melainkan hanya dengan berlari. Yah, berlari. Dikisahkan bahwa si
prajurit berlari tanpa berhenti menempuh jarak ratusan kilometer antara Marathon-Athena
demi titah sang penguasa pada saat itu. Informasi penting akhirnya sampai juga di
tujuan; namun sesampainya di tujuan, si pembawa berita meninggal dunia karena
kelelahan. Dari sanalah lalu Marathon diabadikan sebagai nama
salah satu cabang atletik yang diperlombakan sebagaimana yang kita kenal
sekarang; lari marathon .
Itu
kisah ribuan tahun yang lalu. Masih ada kisah lain yang ada kaitannya dengan
penyampaian informasi atau berita. Yang ini bukan ribuan tahun lalu, tapi hanya
sekitar puluhan tahun yang lalu, sebelum adanya handphone, yaitu ketika seorang
mahasiswa kuliah di Medan, jauh dari orang tua, ketika itu setiap bulannya wajib
mengirim kabar tentang perkembangan perkuliahan kepada orang tua dan sekaligus permintaan
untuk dikirim biaya bulanan. Nah, yang disebut terakhir ini yang selalu menjadi
masalah akibat lambatnya penyampaian informasi. Bayangkan saja bahwa untuk
mengabari orang tua di kampung si mahasiswa harus mengirim surat dengan
perangko biasa dengan waktu tempuh seminggu paling cepat. Kemudian balasan
berupa wesel serta untuk meng-uang-kannya di kantor pos menempuh perjalanan
juga sekitar 1 minggu. Maka total penantian untuk urusan kelangsungan hidup di
pearntauan ini memakan waktu setengah bulan. Sudah keburu jadi ‘buronan’ ibu
kost dan warung tempat bayar makan karena telat bayar.
Bagi
generasi muda saat ini tentu sangat sulit membayangkan kedua kenyataan tersebut
di atas. (Berlari ratusan kilometer untuk menyampaikan informasi atau ngirim surat pakai perangko biasa) Mereka
akan terhenyak dan berkata: Woouuu..ya…??!!
koq bisssa ya…?? Kenapa nggak di SMS atau di e-mail aja? Apa nggak punya Blackberry Massengers?? Gitu aja koq repot amat?? Artinya sulit bagi mereka untuk memahami;
karena mereka membandingkannya dengan kondisi yang mereka alami masa kini yang
serba gampang, praktis, serba cepat, serba instan. Informasi seperti itu, dengan
jarak ribuan kilometerpun dapat disampaikan hanya dalam hitungan menit dan
hanya dengan menekankan ujung jari telunjuk pada tombol gadget.
Gadget
Nan Canggih
Untuk
berkomunikasi langsung kini dilakukan tidak hanya di dunia nyata lagi, akan
tetapi juga di dunia maya. Dan yang paling dominan adalah yang disebut
terakhir. Teknologi canggih sudah memfasilitasi semuanya nyaris tanpa batas dan
hambatan. Gadget dengan berbagai varian merek tersedia dimana-mana. Iklan
handphone bertubi-tubi tiada henti menawarkan berbagai tipe baru dengan
berbagai macam fitur muncul setiap hari di media massa. Hiruk-pikuk penawaran
berbagai jenis dan merek instrumen ini tentunya dilatarbelakangi oleh suatu
riset marketing yang memotret sifat konsumerisme kita. Gengsi sering diukur
dengan merek dan secanggih apa gadget yang dimiliki.
Akses
internet menampilkan beragam informasi, mulai dari yang biasa-biasa sampai
dengan yang rruaarrr biasa. Pokoknya
bak kata seorang teman, begitu anda mulai searching
di dunia maya, maka: “tak ada yang tidak ada…” Melabihi toko serba ada! Sebenarnya kita
pantas bersyukur dan berterimakasih kepada Alexander
Graham Bell (1847-1922) penemu dan pencipta alat komunikasi bernama Telepon Kabel yang kemudian
dikembangkan oleh orang-orang pintar
(tapi bukan dukun maksudnya lho);
dengan berinovasi tiada henti dan melahirkan media komunikasi dengan teknologi
canggih seperti adanya saat ini. Karena dengan itu semua kita mendapatkan
kemudahan-kemudahan bukan hanya dalam hal bekomunikasi semata, akan tetapi juga
membantu kita belajar, berprestasi, memperluas wawasan, memperluas jaringan
pertemanan, dan mempermudah “pencapaian tujuan”.
Namun
sebagaimana halnya dengan kecanggihan atau kemodernan dengan segala kelebihannya
yang membawa kebaikan bagi penggunanya, selalu ada implikasi negatip (atau hal
yang merugikan) menungganginya. Ekses negatif!. Kira-kira begitu ya? Sebagaimana
banyaknya manfaat bagus dari kehadiran gadget sebagai alat komunikasi, sebanyak
itu pula celah (penyalahgunaannya) menghasilkan keresahan. Bandar narkoba dari
balik jeruji besi dengan gampang mengendalikan transaksi. Demikian juga para …
(maaf, tak usah kita sebut profesinya di sini) melakukan e-transaction antar lawan jenis dengan gampang dan lancar. Para
pelajar dan mahasiswa (tapi sebagian kecil saja lho) memotret buku/catatan
kuliah dengan HP untuk dijadikan kopekan saat ujian, dan lain-lain dan
lain-lain.
Sudah
cukup banyak peristiwa memilukan, mengenaskan dan mengharukan yang terjadi
akhir-akhir ini yang berkaitan langsung dengan penggunaan alat komunikasi
canggih ini, yang pada akhirnya menimbulkan kecemasan bagi para orang tua terhadap
anak-anaknya. Akan tetapi ekses negatif dimaksud sebenarnya bukanlah disebabkan
oleh instrumen itu sendiri, melainkan disebabkan penyalahgunaan oleh
penggunanya. Sebagaimana dengan narkoba misalnya, selalu kita sebut dengan penyalahgunaan
narkoba. Bukan kesalahan narkoba! Gadget
and drugs never do wrong!
Sikap
Kita sebagai Orangtua
Saat
berjalan di suatu koridor bangunan, di mal, atau bahkan mungkin di sisi jalan
raya, pernahkah Bapak dan Ibu disenggol atau ditabrak oleh seorang remaja yang
lagi asyik memelototi layar handphone? Saya sering lho, di kampus. Jika bapak
dan Ibu memperhatikan kebiasaan remaja masa kini yang nyaris tidak pernah
terlepas dari handphone dan internet. Bahkan, mereka bilang I can’t survive withaout it. Wow…kita
tidak mampu menutupi kegundahgulanaan serta kehawatiran hati kita. Betapa
tidak! Melalui alat itu akses mereka terbuka keseluruh laman yang tidak
terbatas, yang berisikan hal-hal baik namun juga yang buruk, yang menabrak dan
menyenggol batas-batas yang dapat ditolelir menyangkut persoalan etika, budaya,
moral, dan sebagainya (tak ada yang tidak ada), menembus ruang dan waktu. “It can
convey information about matters far remove in space or time”
Kriminal
dan Tragedi
Data
statistik mengungkap bahwa ada sebanyak
60 juta pengguna media sosial di Indonesia yang rentan untuk dimanfaatkan
sebagai ladang penipuan atau tindakan kriminal lainnya. Seorang wanita korban
penipuan lewat We – Chat tak berbayar
baru-baru ini diwawancarai dalam suatu acara talk show mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Penipu parlente
bermobil mewah menjalankan proses penipuan dengan mulus (white collar crime). Dan korbannya umumnya wanita. Pakar Psikology
Forensik (Reza Indragiri) mengungkapkan hasil suatu riset bahwa wanita memiliki
suggestibility yang tinggi. Yang berarti bahwa wanita sangat rentan menerima
suggesti. Maka sasaran penipuan lewat We-Chat
dan sejenisnya lebih sering adalah kaum wanita. Waspadalah…!!! Waspadalah….!!!
Peristiwa
tragis lainnya menimpa seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang sangat pintar secara akademik (dengan index prestasi 4), meninggal
diduga dengan cara bunuh diri di dalam kamar kostnya di daerah padang bulan
baru-baru ini (18 Mei 2015). Yang mengusik perhatian kita setelah membaca
berita tragis tersebut di media massa adalah bahwa sebalum melakukan aksi
nekatnya, si korban diduga mempelajari
cara gantung diri serta teknik menggunakan tali pengikat leher dari internet.
Hal ini terbaca setelah polisi membuka ponsel canggih si korban. Sebuah tragedi…?
Lalu bagaimana kita menyikapi berbagai
fenomena di atas?
Banyak
tips-tips yang sudah disampaikan para pakar, juga psikolog. Antara lain melalui
monitoring, pendampingan, nasihat-nasihat, dan lain sebagainya. Termasuk
kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Seksi Pendidikan Gereja Paroki Santa
Maria Ratu Rosari, Tanjung Selamat, Medan pada 17 Mei 2015 yang lalu, bertajuk:
“BERPRESTASI DENGAN GADGET” adalah
salah satu upaya mencerdaskan kaum muda gereja dalam menyikapi kecanggihan
media komunikasi ini. Namun selalu ada celah, ada kesempatan yang tidak
terawasi. Hal itu disebabkan yang telah disebut tadi: sedemikian luas, canggih,
dan terbukanya ruang yang tersedia, maka kita seperti tidak berdaya.
Satu
saja TIP dari penulis; bahwa bagaimanapun hebatnya, Gadget adalah sebuah benda.
Alat. Instrumen semata. Kita bisa menyebutnya sebagai alat yang PINTAR (smart phone misalnya), tapi yang jelas
alat itu tidak memiliki KECERDASAN. Kecerdasan hanya dimiliki manusia sebagai
ciptaan tertinggi dan termulia dari Tuhan (Kejadian 1: 27) Maka, marilah kita cerdas menggunakannya.
If You can’t be a master, You will be
mastered (as a slave!) Jika kamu
tidak mampu - dengan cerdas - mengendalikannya, maka kamu akan menjadi
budaknya!!
(Psj-015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar